MAKASSAR – Dinas Sosial (Dinsos) Makassar terus berupaya melakukan penertiban terhadap gelandangan, pengemis dan anak jalanan di kota berjuluk Anging Mammiri ini. Utamanya keberadaan Manusia Silver.
Kendati begitu, Dinsos Makassar mengalami kendala. Penjaringan Manusia Silver utamanya, tidak memiliki efek jerah. Dinsos Makassar cuman memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Sosial Makassar, dr Ita Anwar, dalam keterangannya lewat telepon selulernya, Senin kemarin, 10 Maret 2025.
“Kami di dinsos tidak bisa kasih efek jerah, kami cuman pembinaan,” ungkapnya kepada Spekta.news.
Selain itu, kendala lainnya, rumah penampungan bagi anak jalanan, pengemis dan gelandangan juga memiliki keterbatasan kapasitas.
“Kami punya rumah penampungan, kapasitasnya cuman 10 orang. Kamarnya enam, kami SOP-nya cuman tiga sampai lima hari saja dibina,” sebut Dokter Ita.
Meski begitu, Dokter Ita bilang, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan beberapa stakeholder terkait lainnya untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut.
Sebab menurutnya, penertiban itu seharusnya dilakukan oleh Satpol-PP selaku penegak peraturan daerah (Perda).
“Penegakan Perda nomor 2 tahun 2008, itu harus dari Satpol PP. Sudah tiga hari kita duduk bersama membahas strategi. Karena penegakan itu bukan Dinsos, tapi Satpol. Kami juga sudah kirim surat ke kepolisian untuk menjangkau,” jelasnya.
“Lagi diatur SOP-nya. Sebenarnya selama ini tidak begitu, kami di Dinsos yang mengejar, harusnya Satpol PP yang tindaki selaku penegakan Perda. Sudah disetujui pak Kasat. Kan di kecamatan adaji BKO, mereka paham titik-titik mana jadi tamplas (mereka),” sambungnya.
Permasalahan ini diakui Dokter Ita cukup serius. Itu dikarenakan keberadaan para pengemis utamanya manusia silver tersebut, terorganisir.
Dinsos, lanjutnya, tidak memiliki senjata untuk memukul. Dokter Ita mengakui kerap turun langsung melakukan penertiban. Namun, terkadang mendapat perlawanan dari para pengemis dan gelandangan.
“Saya sudah alami, dilempari batu. Sejauh ini kami punya pilar, itu mereka memantau sudah. Ada per wilayahnya, mereka hanya memantau dan melaporkan titik dan mereka edukasi. Tapi tidak bisa menjangkau. Ada titik yang dijagai preman. Kami sudah dapat beberapa bukti, manusia silver dibawa mobil sedan. Ada bapak-bapak kasih makan ki,” terangnya.
“Kami cari solusi terus, memang ini masalah sudah terorganisir. Tiap hari kami bahas. SOP kami, Dinsos tidak bisa menangkap, kami hanya menampung. ODGJ juga semakin banyak dari daerah sebagian,” tambahnya.
“Satu dua hari kami action,” sambung Dokter Ita.
Kepala Rumah Penampungan dan Trauma Center (RPTC) Dinsos Makassar, Masri Tajuddin juga bilang, pihaknya kerap kelabakan saat melakukan penertiban.
“Kita sudah kencang melakukan penertiban. Tapi memang mereka main kucing-kucingan. Baru-baru ini, sudah ada lima (dijaring) dibina di RPTC,” singkatnya.
Baca Juga: Pemkot Makassar Tak Punya Taring, Pak Ogah dan Pengemis “Manusia Silver” Belum Teratasi
Begitu pun dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya. Seperti Pak Ogah yang diketahui kerap meraup keuntungan di sejumlah jalan-jalan utama di Kota Makassar, dengan mengatur kendaraan di bukaan jalan atau U-Turn. Belum bisa teratasi.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Makassar, Zainal Ibrahim menganggap permasalahan ini bisa teratasi dengan melibatkan seluruh perangkat daerah terkait. Khususnya terkait keberadaan Pak Ogah.
“Perlu koordinasi yang intensif dengan seluruh OPD terkait. Secepatnya kami akan rapat koordinasi dengan OPD terkait,” tutupnya. (bs)