Tujuh Istri Wali Kota Ikuti Tradisi Mappasiori Waju di Ladies Program Rakernas Apeksi 2023

MAKASSAR – Tujuh Istri wali kota anggota Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) turut mengikuti tradisi Mappasiori Waju pada Ladies Program Rakernasi Apeksi, di Benteng Rotterdam, Kamis 13 Juli 2023.

Secara bergantian, tujuh istri wali kota itu memakaikan baju kepada sang anak. Dimulai dari baju bodo lapisan pertama oleh istri Wali Kota Bogor, kemudian disusul secara berurutan oleh istri Wali Kota Yogyakarta, Malang, Jakarta Selatan, dan Salatiga.

Kemudian dilanjutkan pemakaian baju bodo lapisan ke enam oleh istri Wali Kota Banjarmasin, dan ditutup oleh istri Wali Kota Sibolga yang memakaikan baju bodo lapisan terakhir.

Melalui tradisi ini TP PKK Kota Makassar bersama Pemerintah Kota Makassar ingin menunjukkan salah satu tradisi masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya rumpun Bugis Makassar.

Di samping itu, juga untuk memperlihatkan kepada daerah lain bahwa Pemerintah Kota Makassar memiliki sinergitas program yang diselaraskan dengan adat dan budaya setempat, yakni program Jagai Anak’ta.

Diharapkan melalui tradisi ini akan membawa manfaat bagi anak-anak dalam menghadapi tantangan hidup dan mewujudkan cita-cita mereka.

Lebih jauh, tradisi Mappasiori Waju ini juga diharapkan menjadi momentum yang menginspirasi, mempersatukan, dan menjadikan anak-anak sebagai fokus utama pembangunan masa depan yang lebih baik.

Menurut Kepala DPPPA Makassar, Achi Soleman, ritual Mappasiori Waju merupakan salah satu tradisi masyarakat di Sulsel. Khususnya rumpun Bugis-Makassar.

Ritual tersebut memiliki makna pemberian doa dan harapan kepada anak gadis yang sedang menginjak usia remaja.

“Ada rangkaian kegiatan di mana kita menunjukkan budaya Bugis Makassar. Tradisi ini dikaitkan dengan program Jagai Anakta, yang menunjukkan bahwa anak itu dipersiapkan menuju masa depan lewat doa dan harapan,” jelasnya, Kamis 29 Juni 2023.

Dalam tradisinya, Mappasiori Waju adalah upacara pemakaian baju adat “bodo” tujuh lapis berbagai warna kepada anak gadis.

Hal tersebut menjadi simbol, bahwa anak gadis akan menjalani masa remajanya dengan sejumlah warna dan corak kehidupan.

“Setelah itu, anak akan disoppo atau diangkat berkeliling menemui tamu-tamu yang hadir,” sambung Achi.

Achi pun berharap, ritual Mappasiori Waju berlangsung meriah. Apalagi, para tamu akan disuguhkan makanan dan minuman tradisional.

“Harapannya, semakin banyak yang hadir, dimaknai semakin banyak pula yang memberikan doa restu,” harapnya. (***)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here