MAKASSAR – Perwakilan National Science Foundation United States of America (NSF USA), Wangda Zuo, berkunjung ke Kota Makassar. Kedatanganya diterima langsung Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto di kediaman pribadinya, Rabu 21 Desember 2022.
Di kesempatan ini, Danny Pomanto-sapaan wali kota Makassar banyak berbincang mengenai Modernizing Cities via Smart Garden Alleys with Application in Makassar City atau Kota Cerdas (Masa Depan) dengan lorong-lorong di Makassar sebagai tumpuannya.
Sistem pemenuhan kebutuhan pangan berkelanjutan melalui smart city farming berbasis artificial intelligence menjadi highlight dalam rencana pembangunan Longwis.
Menurut Danny Pomanto, pertemuan dengan perwakilan NSF USA tersebut merupakan buah dari hasil kunjungannya ke Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu.
“Beliau-beliau ini adalah ahli-ahli dari Amerika yang meneliti tentang lorong. Diskusi yang kita lakukan ialah saya mau bikin 5.000 lorong. Nah, untuk mendapatkan ukuran/kapasitas lorong dan sebagainya itu secara pengetahuan dan komperhensif maka bekerjasama dengan NSF ini. Seperti bagaimana komoditi dan sebagainya, itu butuh 50 lorong sebagai penelitiannya,” tuturnya.
NSF USA pun saat ini tengah meneliti 50 lorong dalam rangka mendukung pelaksanaan program lorong wisata (Longwis)
“Mereka ahli dari Amerika juga ada dari ITB dan UGM. Ini menjadi kepercayaan bagi kita bahwa kita itu menjadi bagian dari penelitian di dunia dan Makassar jadi top di Amerika,” sambung Danny Pomanto.
Apalagi, lanjutnya, NSF USA menilai jika Longwis adalah solusi dalam mengatasi krisis pangan. Juga sebagai upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Selain itu, Longwis juga dianggap bisa menciptakan mitigasi dan soliditas sosial.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Makassar, Muhammad Rheza menjelaskan, NSF USA sudah bekerjasama dan membantu program longwis dari sisi ketahanan pangan. Juga mengondisikan lingkungan yang ramah lingkungan dengan menghasilkan udara yang baik.
Bantuan itu, seperti menerapkan alat sensor udara yang sudah beroperasi di beberapa lorong. Di antaranya di lorong Bara-Baraya KWT Anggrek, Kecamatan Makassar. Termasuk di lorong Kompleks Perumahan Karmila KWT Dewi Sari, Kecamatan Tamalanrea.
Penerapan sensor udara itu dilakukan, bertujuan untuk mengukur cuaca, tingkat kelembapan, dan indeks panas. Selanjutnya, akan mengukur kadar polusi udara, yakni sulfur dioksida dan karbon monoksida, partikel PM 2,5 dan PM 10.
“Kita berharap agar semua lorong di Makassar memenuhi standar sesuai yang sudah ditetapkan dalam standar Lorong Wisata. Salah satunya, memiliki pencahayaan baik agar dapat menyinari tanaman-tanaman yang ada di lorong,” tutupnya. (*)